Pengalaman Kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Tidak Hanya Menata Buku!


Ketika mendengar jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, banyak orang langsung membayangkan satu hal: duduk di balik meja, menyusun buku, lalu bilang, “Ssst, jangan berisik.” Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleks daripada itu.

Jika kamu mengira kuliah di jurusan ini hanya akan bergelut dengan rak buku, katalog, dan ruangan sunyi, kemungkinan besar kamu akan kaget saat benar-benar masuk. Di balik image “penjaga buku”, ada dunia kerja yang berbasis data, teknologi, layanan informasi, sampai manajemen pengetahuan.

Di artikel ini, aku akan berbagi pengalaman kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi dari sudut pandang mahasiswa: apa saja yang dipelajari, seperti apa perkuliahannya, dan bagaimana rasanya berada di jurusan yang sering disalahpahami ini.

Latar Belakang: Jurusan yang Sering Disepelekan, Tapi Diam-Diam Dibutuhkan

Salah satu hal yang paling sering kudengar ketika menyebut jurusanku adalah:
“Emang masih perlu ya pustakawan di zaman Google?”

  • Jurusan ini tidak hanya bicara soal buku fisik, tetapi pengelolaan informasi dalam berbagai format: digital, audiovisual, arsip, sampai repository institusi.
  • Pustakawan modern tidak hanya “menjaga buku”, tetapi:
  • Mengelola database
  • Mengatur sistem temu kembali informasi
  • Membantu pengguna menemukan informasi yang relevan dan kredibel
  • Terlibat dalam literasi informasi dan literasi digital

Pertanyaan ini terdengar wajar, tapi sekaligus menunjukkan bahwa banyak orang belum paham peran ilmu perpustakaan dan informasi di era digital.
Di kampus, sejak awal kami diperkenalkan bahwa:
Jadi, dari awal perkuliahan saja, bayangan “kerja di perpustakaan = hanya duduk di meja” sudah mulai runtuh pelan-pelan.

Pengalaman Perkuliahan: Dari Katalog sampai Teknologi Informasi

1. Mata Kuliah Tidak Semudah yang Dibayangkan

Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Di sini kami belajar konsep dasar: apa itu perpustakaan, jenis-jenis perpustakaan, fungsi sosial perpustakaan, sampai peran pustakawan di masyarakat.

Klasifikasi dan Katalogisasi

Ini bagian yang sering diremehkan, padahal cukup “menguras otak”.
Kami belajar:

  • Cara mengklasifikasikan buku menggunakan sistem tertentu (misalnya DDC)
  • Menyusun deskripsi bibliografis
  • Menentukan tajuk subjek

Di tahap ini, aku menyadari bahwa “menata buku” itu sebenarnya sama dengan “menata akses terhadap pengetahuan”. Kalau salah klasifikasi, pengguna bisa kesulitan menemukan informasi yang mereka butuhkan.

 Organisasi Informasi

Di sini kami belajar bagaimana informasi disusun, dihubungkan, dan diakses dalam berbagai sistem. Konsepnya mirip seperti mengatur “peta jalan” agar orang tidak tersesat saat mencari informasi.

Jujur, beberapa mata kuliah teoretis memang terasa padat dan teknis. Tapi saat melihat kaitannya dengan praktik—misalnya ketika harus mengelola koleksi sungguhan—semuanya mulai terasa masuk akal.

2. Teknologi dan Informasi: Perpustakaan Bukan lagi sekedar Buku

Satu hal yang mungkin banyak orang tidak tahu: mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi juga bertemu dengan teknologi.
Beberapa pengalaman yang cukup berkesan misalnya:

  • Mengenal aplikasi otomasi perpustakaan (seperti SLiMS, dsb.)
  • Belajar dasar-dasar, seperi Basis Data, Sistem Informasi, Pengelolaan Repository Digital
  • Mengoperasikan OPAC (Online Public Access Catalog) dan memahami cara kerjanya dari sisi pengelola
Di era sekarang, perpustakaan bukan hanya ruangan dengan rak, tetapi juga:

  • Website perpustakaan
  • Database jurnal
  • Koleksi digital
  • Layanan peminjaman secara online

Di sini aku mulai melihat bahwa lulusan jurusan ini bisa relevan di banyak tempat, bukan hanya di perpustakaan konvensional.

3. Pengalaman Praktikum dan Tugas

Salah satu bagian menarik dari kuliah di jurusan ini adalah praktikum dan tugas lapangan.

Contohnya:
  • Praktik klasifikasi dan katalogisasi langsung
Bukan hanya di atas kertas, tetapi benar-benar memegang buku, mengklasifikasikannya, lalu memasukkan datanya ke sistem.
  • Observasi perpustakaan atau lembaga informasi
Kami diminta berkunjung ke perpustakaan tertentu atau lembaga yang mengelola arsip dan informasi, lalu:
  • Mengamati sistem kerjanya
  • Mewawancarai pengelola
  • Menyusun laporan 
  • Proyek pembuatan produk informasi
Misalnya membuat panduan layanan, brosur literasi informasi, atau konten edukasi tentang cara mencari sumber yang kredibel.

Bagian ini terasa seperti “jembatan” antara teori dan realitas. Tiba-tiba istilah yang awalnya abstrak di kelas jadi punya bentuk nyata.

4. Tantangan: Stereotip, Salah Paham, dan Pertanyaan tentang Masa Depan

Jujur, salah satu bagian yang paling sering muncul dalam pengalaman kuliah di jurusan ini adalah: harus terus-menerus menjelaskan.

Beberapa contoh reaksi yang mungkin terdengar familiar:

“Oh, jadi nanti kerjanya cuma di perpustakaan?”
“Emang ada ya jurusan khusus buat itu?”
“Tidak takut susah cari kerja?”

Di awal, pertanyaan-pertanyaan ini bisa terasa mengganggu dan menimbulkan keraguan. Tapi dari waktu ke waktu, aku belajar untuk menanggapinya dengan lebih tenang—dan justru menjadikannya latihan menjelaskan peran ilmu perpustakaan dan informasi di era sekarang.

Tantangan lainnya:
  • Harus beradaptasi dengan materi yang ternyata lebih teknis dari bayangan awal
  • Menyadari bahwa tidak semua orang menghargai kerja pengelola informasi, padahal hampir semua orang bergantung pada informasi
Di sini, aku merasa penting untuk jujur:
Kuliah di jurusan ini mungkin bukan untuk orang yang hanya ingin “main aman” dan diam di balik meja. Justru sebaliknya, dibutuhkan kesabaran, ketelitian, kemampuan berpikir sistematis, dan kemauan untuk terus belajar teknologi baru.

5. Apa yang Sebenernya Saya Dapatkan dari Jurusan Ini?

Jika harus merangkum dalam satu kalimat, mungkin seperti ini:
Kuliah di Ilmu Perpustakaan dan Informasi mengajarkan saya bahwa informasi bukan sekadar isi buku, tetapi sesuatu yang perlu diorganisasi, dikurasi, dan dipertanggungjawabkan.
Beberapa hal yang terasa berharga:
  • Cara berpikir terstruktur:
Dari klasifikasi, katalogisasi, sampai organisasi informasi—semuanya melatih otak untuk memetakan sesuatu secara sistematis.
  • Kepekaan terhadap sumber informasi yang kredibel:
Di tengah banjir hoaks dan informasi palsu, kemampuan memilah sumber menjadi sangat penting.
  • Kesadaran bahwa “akses ke informasi” adalah hak yang tidak boleh diremehkan:
Perpustakaan dan lembaga informasi bukan hanya tempat menyimpan, tetapi juga menjembatani orang dengan pengetahuan yang mereka butuhkan.
Apakah perjalanan ini selalu mulus? Tentu tidak. Tetapi justru di situlah letak pengalamannya: perlahan menerima bahwa jurusan ini punya nilai, bahkan jika banyak orang belum menyadarinya.

6. Untuk Kamu yang Akan atau Berada di Posisi yang Sama

Jika kamu sekarang sedang kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, atau sedang mempertimbangkan untuk masuk ke jurusan ini, mungkin kamu akan melewati fase-fase berikut:
Ditanya berkali-kali, “Ini jurusan apa?”
Diremehkan karena dianggap “cuma urus buku”
Ragu sesekali tentang prospek ke depan


Namun di tengah semua itu, ada hal-hal yang tidak kalah penting:
Kamu sedang belajar mengelola sesuatu yang menjadi kebutuhan dasar zaman ini: informasi
Kamu berada di bidang yang mungkin sunyi, tetapi sesungguhnya menjadi penopang banyak aktivitas akademik, penelitian, dan pengambilan keputusan


Pada akhirnya, pengalaman kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi bukan hanya soal memahami sistem klasifikasi atau menghafal istilah, tetapi juga tentang:
Menyadari bahwa pekerjaan di balik layar tetap bisa punya dampak yang besar.




Jika kamu ingin tahu lebih jauh tentang:

Mata kuliah di jurusan ini

Contoh prospek kerja lulusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Pengalaman praktikum atau magang di perpustakaan dan lembaga informasi


kamu bisa tinggalkan pertanyaan di kolom komentar atau baca artikel lain yang membahas topik seputar perpustakaan, arsip, dan informasi di blog ini.


---





Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak